Silangit Itu Nama Keramat hingga Nama Bandara Sisingamangaraja XII Pun Ditolak
- Senin, 10 Sep 2018 - 12:42 WIB
- dibaca 203 kali
TAPUT, BENTENGTAPANULI.com – Sejumlah pihak, termasuk Bupati Tapanuli Utara dan masyarakat setempat terkejut atas perubahan nama Bandara Internasional Silangit menjadi Bandara Internasional Raja Sisingamangaraja XII berdasarkan Keputusan Menhub Nomor KP 1404 Tahun 2018 tertanggal 3 September 2018.
Sontak pergantian nama ini pun mendapat penolakan dari tokoh masyarakat sekitar bandara.
Seperti penuturan Pongat Simanjuntak, salah satu tokoh masyarakat setempat. Dia mengungkapkan penolakan masyarakat itu didasari atas nama keramat Silangit yang dinilai sebagai tanda keselamatan tubuh dan jiwa.
(BACA: Kini, Nama Bandara Internasional Itu Bukan Lagi Bandara Silangit)
Menurut Pongat, kata Silangit berasal dari satu ungkapan dalam Bahasa Batak, yakni ‘Silang di langit’ disingkat Silangit yang memiliki terjemahan ‘Salib di langit’, yang dimaknai sebagai simbol keselamatan.
“Muasal kata Silangit lahir sebagai ungkapan keselamatan tubuh dan jiwa saat menyikapi sisa kepedihan di masa penjajahan Belanda yang dicetuskan para orangtua kami terdahulu,” terang Pongat Simanjuntak, Sabtu (8/9/2018).
Dia menjelaskan, masa penjajahan telah menimbulkan banyak korban nyawa dari keturunan klan ‘Sibagot ni Pohan’ yang mendiami kawasan tersebut.
“Saat anak bertanya keberadaan ayahnya pada setiap ibundanya, jawabnya sudah pasti ‘Silang di langit i amang inang haporusan’ (Salib di langit itulah Nak keselamatan),” sebutnya.
Jawaban dari sang ibunda merupakan wujud kepasrahan kepada Tuhan demi keselamatan jiwa setiap suami, ayah dan pejuang lainnya yang pada saat itu diduga tewas di tangan penjajah tanpa diketahui keberadaan jasadnya.
(BACA: Dua Maskapai Ini akan Buka Rute Penerbangan Silangit-Malaysia)
Dan, semangat ungkapan keselamatan jiwa tersebut akhirnya disepakati bersama oleh keturunan ‘Sibagot ni Pohan’ yang terdiri dari 12 marga, yakni Tampubolon, Siahaan, Simanjuntak, Hutagaol, Panjaitan, Silitonga, Siagian, Sianipar, Simangunsong, Marpaung, Napitupulu dan Pardede, untuk diresmikan sebagai nama kawasan yang saat ini menjadi lokasi keberadaan bandara.
“Itulah alasan bagi keturunan ‘Sibagot ni Pohan’ untuk meresmikan nama kawasan tersebut menjadi Silangit dengan keberadaan sebuah sumur pertanda sumber air bersih pembasuh duka setiap ibu yang ditinggal mati suaminya,” jelasnya.
Semangat penamaan Silangit demi keselamatan yang dicetuskan para pendahulunya, menurut Pongat, juga telah menginspirasi masyarakat setempat untuk mendukung semangat pembangunan hingga warga keturunan ‘Sibagot ni Pohan’ ringan tangan menghibahkan lahan demi keberadaan bandara.
“Namun, bila nama bandara diganti, hal itu telah mengkhianati nilai semangat yang selama ini ada. Makanya, kami menolak pergantian ini dan akan bertindak tegas untuk menyikapinya,” tukasnya.