Yang Berbeda dari Samosir Music International, Musisi Wajib Bisa Bawakan Lagu Batak
- Sabtu, 28 Jul 2018 - 19:22 WIB
- dibaca 314 kali
SIANTAR, BENTENGTAPANULI.com– Event musik bergengsi kelas Internasional ‘Samosir Music International’ akan digelar kembali di Tuk-Tuk Siadong, Pulau Samosir, 25 Agustus 2018 mendatang. Event ini merupakan edisi ke-4 sejak awal dimulainya pada tahun 2014 lalu.
Atas inisiatif Hermann Delago, sebagai pimpinan orkestra dan Henry Manik sebagai eksekutor, sebanyak 90-an musisi orkestra dari Austria ke Samosir akan tampil di even ini. Adanya dukungan Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir menjadikan event ini menjadi bagian dari agenda tahunan Horas Samosir Fiesta.
Henry Manik, Projek Manejer, kepada BENTENGTAPANULI.com, Sabtu (28/7/2018), menuturkan, dari tahun ke tahun, pengunjung event ini sangat banyak. Bahkan menjadi salah satu event terbesar di sekitar Danau Toba dengan pengunjung terbanyak.
Ini adalah salah satu pencapaian yang sangat baik dan sebuah terobosan baru untuk sebuah event bertaraf internasional di Samosir. Yang mana, imbas positifnya bisa dirasakan langsung oleh Samosir dan Danau Toba sebagai daerah pariwisata yang sedang digalakkan.
Terutama sejak pemerintah pusat memasukkan daerah ini ke dalam kawasan Strategis Pariwisata Nasional. Pemerintah pusat giat melakukan pembenahan di bidang instrastruktur. Dengan adanya pembenahan ini, maka event seperti ini sangat dibutuhkan, sebagai penarik pengunjung ke daerah ini.
“Oleh karena itulah, Pemda Samosir melihat ini suatu event yang strategis, yang mampu mendatangkan banyak orang sehingga diagendakan menjadi event tahunan,” ucap Henry.
(Baca: Semua Harus Kompak, Tim Asesmen akan Datang Menilai Kaldera Toba)
Festival musik ini, lanjut Henry, menjadi berbeda dari semua festival musik yang sudah ada selama ini, baik di dalam maupun di luar negeri. Alasannya karena setiap artis atau musisi yang terlibat baik yang dari Eropa maupun Indonesia diwajibkan bisa membawakan lagu-lagu daerah Batak.
“Sehingga setiap orang yang terlibat butuh persiapan lama, khusus dalam mempelajari lagu-lagu Batak. Keunikan konsep ini merupakan salah satu daya tarik buat banyak orang untuk hadir menyaksikan aksi panggung para artis ini,” ucap pria yang berdomisili di Belanda ini.
(Baca: Kapal Ferry Ihan Batak akan Beroperasi Oktober di Danau Toba)
Secara tidak langsung, lanjut Henry, dengan konsep event yang seperti itu, nilai Habatakon terangkat dan lebih diperkenalkan ke dunia yang lebih luas lewat jalur musik.
“Kita ingin menunjukkan bahwa lagu Batak itu sangat indah dan fleksibel. Bisa diubah ke segala genre musik yang ada. Tentu, nilai promosi akan daerah sangat terkandung juga di dalamnya. Event ini memberi dampak positif ke banyak hal,” ujarnya.
(Baca: Pariwisata Danau Toba Berangsur Membaik)
Henry mengungkapkan, Hermann Delago sebagai pencetus ide ini mulai dari awal akan selalu dilibatkan selama event ini digelar dan selama Hermann bersedia.
“Walaupun nanti (Hermann) hanya sekadar menyapa pengunjung dari panggung. Ini merupakan bentuk apresiasi dan rasa hormat atas apa yang dilakukan Hermann Delago terhadap musik Batak baik di Austria sendiri,” bebernya.